EKSLUSIF REPORT KKN 1 ITSBM H+12

 

"Menyelam sambil dirikan Ranting". 


Ikan-ikan itu bergerombol, berebutan tapi tetap berbagi, sembari "menyapa" kami yang lagi menikmati keindahan tubuhnya, warnanya, jenisnya, dengan memberi roti tawar tanpa meses, coklat atau keju. Ratusan atau bahkan ribuan ikan happy menikmati suguhan mewah ala cafe itu. Ikan kenari, katamba', ekor kuning, julung-julung, Biahasa, dan spesies ikan hias lain bergembira, walau disuguhi bakery tanpa susu toping coklat keju, atau Kue Taripang bersalut gula aren tebal dan sedikit Kenari diatasnya.

Tapi ikan-ikan itu tetap renang kesana kemari disekitaran kami, gak kenal lelah dan takut kelelep Karena seumur hidup berenang, seperti para Koruptor yang lelah sembunyi dari tuntutan rakyat. Mereka gembira maksimal, maksimal gembiranya tak bedanya Cinta Majnun kepada Laila walaupun bertepuk tangan sebelah.

"Menggembirakan ikan, begitulah mungkin tepatnya, karena selama ini Manusia sudah terlalu sering digembirakan Ikan dengan menyantapnya, maka Kali ini sebaliknya". Begitu Al Ustadz H. Arpang arif yang menerangkan dengan begitu dalam tentang hakikat ma'rifat, hakikat memberi, berbagi, merawat kehidupan untuk kehidupan itu sendiri. Manusia hanya bisa menikmati Kelapa kalau dia menanam, menyiram, memberi kepada kelapa maka sebaliknya juga begitu.

Senja sore mulai merayap pelan, kulihat dari kejauhan, para sepuh yang pernah muda itu girang tiada kira, ada juga yang agak muda, tepatnya pemuda yang jomblo, dan udah gak muda-muda juga sih.

Kumpulan Pemuda Muhammadiyah, Ketua Asrullah, Sekertaris Bahar mahmuddin, Anggota Uci' dan Ijal. Segala gaya pose dihabiskan, tidak mau kalah dengan Gen-Z yang tepatnya anak atau cucu -cucu mereka. Terpantau dari kejauhan, dari Cafe terapung, yang kugapai cukup susah, butuh menyelam ratusan meter untuk kesana, diatasnya dipenuhi burung bangau pemakan Ikan. Bekas-bekas tangan manusia nampak, cafe yang tak terawat, jelas semacam sepasang kekasih yang baru saja ditinggal pergi, bukan Karena kematian, tapi tak bersyukur saling memiliki.

Lamat-lamat semburat jingga merayap di kaki langit, mereka siap balik haluan setelah puas melampiaskan rasa yang terpendam puluhan tahun. Rasa bahagia tanpa status ketokohan, status Asatidzah disini, disini di Makam Karang, Bunging, Pulau Karang, tempatnya konon Para Gurita raksasa bersenda gurau.


Sesampainya di Villa Ustadz H.Arpang telah menunggu Srikandi-srikandi KKN. Karena para Arjuna ikut serta menikmati makam karang dan indahnya berbagi menggembirakan Ikan. Sholat Maghrib berjamaah ditegakkan, di jama' dengan Isya, ketua Majelis ulama Selayar, H.Arpang arif sebagai Imam. Setelahnya makan malam dengan kuliner Ikan bakar, racca'-racca' pao (cacah-cacah Mangga) plus sayur kelor, Malam makin sunyi, laut yang begitu damai tak meninggalkan aroma laut, lalu semuanya bergeser ke Dermaga, berderet-deret kursi, beserta meja, disana ada kopi hitam tubruk dan teh tawar, biskoe' anging (wafer) jadi favorit dibanding roti nanas.

Jokes-jokes anak muda usia 50an-60an, berebutan mengocok perut, sesekali ada yang curhat masa lalu, rasa syukur dihari ini, setelah melewati berbagai peristiwa dalam hidup. "Alhamdulillah saya ada di lembaga ini, bersama mereka,sehingga bisa lebih baik." Kata Pak Haji Acha owner Raihan itu, "Itulah gunanya perkawanan", Ustadz Arpang menimpali.

"Pak Haji, disini paling enak kalo pagi hari sambil makan songkolo, ada lombo'na,ikanna,masih anget-anget, sembari menunggu matahari terbit, ada juga Songko'-songkolang (Kue lapis),loppisi, poko'na enak sekali", Coach Ak47 mulai provokatif,

"ah masa',seriusko barang nu dongengjaki,H.Acha mulai terprovokatif tapi Masih ragu.

"seriuska' pak Haji.

"ya pesanmi pale', tanpa ragu H. Arpang menelpon warga untuk siapkan besok pagi. H. Acha belum tau kalo Coach Ak47 sudah terbiasa disini. 

"Kalo begitu minta tambah gareppek kandora, enak itu (kripik singkong), punya ciri khas tersendiri".

Lewat pukul 21:00 waktu  Bahuluang, mereka mulai resah, anak-anak KKN belum ada yang muncul sementara pelantikan pengurus ranting harus segera dimulai. Chat, telepon, bergantian, berebutan menyerbu posko-posko KKN. Jarum jam terus bergerak meninggalkan angka sembilan dan 12. 



"Pepet saja kepala Desanya".

"Tapi kan saya tidak kenal". Irwan Sahar nyeletuk.

"Kepala Desa jangan di telp tapi datangi rumahnya", Kata coach Ak47 dibenarkan Ust.Abdullah. Tidak Ada respon dari Kades, chat dari Mahasiswa masuk.

"culik saja", karena sudah hampir pukul 22, katanya calon pengurus ada yang tiba-tiba sakit. Nampak jelas resah gelisah mulai menghantui, apa Pelantikan bakal gagal??. 

"Apa perlu Saya turun tangan?". Coach Ak47 mulai tegas, lalu semua diam. Jarak Villa H. Arpang dan kampung 750 m. malam hari tanpa penerangan seperti di daratan Selayar, jangan harap sepanjang 750 m. itu terdapat lampu jalan. 

Tak ada tiang listrik sisi kiri kanan jalan, hanya pohon kelapa yang berjejer rapi. Malam begini di kepulauan kesannya malah jadi lelaki dingin veteran perang dunia ke dua dengan penuh bekas luka di wajah, luka bayonet tanda hasil tempur jarak dekat, karena peluru dari semua serdadu sudah habis tanpa sisa. Jarum jam tidak sabaran diangka 21 segera ingin meloncat ke Pukul 22. lalu Ningsih, Syahril Siddik, Muhammad Rifki pratama, Yasmawati, Rahmiati, Nur aeni, Fitri ramadani, Muhammad nur Almunawar Agus, Fadil, muncul dari balik gelap. Mahasiswa KKN itu didampingi Ibu Ruana aktifis Aisyiah di Bahuluang yang juga seorang guru disana. Laode sumitro, Kepala Desa Bahuluang beserta warganya yang kelak jadi Pengurus ranting juga menyusul. 

Syamsuddin, Muhammad nur, Muhammad alasa, Diki, dan Ariyandi, akhirnya menjadi peletak sejarah pertama gerakan Muhammadiyah di Bahuluang sebagai PRM (Pimpinan Ranting Muhammadiyah). Pukul 22:22 Selesai sudah prosesi Musyawarah sekaligus Pelantikan PRM Bahuluang (24/10).


Reportase: M. Ishaq mattoali

Editor: Sitti Nur Jannah.

Lebih baru Lebih lama