GENERASI YANG HILANG, GENERASI TANPA INSPIRASI


Lontara' bilang. 

Catatan silsilah Keluarga yang hampir punah, mengurai tentang  nasab keluarga. Hanya orang tertentu yang memiliki ini. Sehingga wajar jika banyak yang tidak tau asal usul keluarganya dengan baik dan pasti. Padahal memahami nasab bagian dari bentuk bakti kepada Orang tua, kepada leluhur. Kekerabatan yang jauh bisa didekatkan, silaturrahim yang putus bisa disambung kembali. Mirisnya, banyak anak cucu yang rebutan harta tetapi tidak rebutan kewibawaan, harga diri, atau kehormatan leluhurnya. Nilai-nilai positif pada nenek moyang mereka, seperti jiwa satria, welas asih, siri'na pacce, pantang menyerah, atau sikap-sikap mulia dari leluhur mereka. 

Anehnya malah tak sedikit yang mengadopsi, menjiwai, bahkan menerapkan sikap hidup leluhur orang lain daripada leluhur mereka sendiri. Mereka lupa perjuangan orang tua mereka, pengorbanan, penderitaan, hingga tiba pada generasinya. Tidak bisa juga menyalahkan generasi belakangan sepenuhnya, Karena mereka hanya mendapati data tutur, lisan, konon, dari keluarga mereka. Padahal, mereka seharusnya disuguhkan data otentik tentang leluhurnya. 
Tidaklah harus menjadi tokoh besar, pahlawan nasional, baru mau menuliskan sejarah hidupnya. Karena setiap orang adalah pahlawan, setiap orang adalah inspirasi bagi orang lain. Yang paling menyebalkan, berapa banyak tokoh-tokoh penting, pelopor kebaikan, pembela kebenaran, perisai dari kejahatan, malah nyaris tanpa jejak. Sehingga generasi belakangan betul-betul kehilangan panutan dari pendahulunya. Karena mereka tidak menemukan manuskrip komprehenshif tentang generasi pendahulunya. Setiap orang adalah hero, siapapun dia, dan sudah kewajiban Setiap orang untuk menuliskan sejarahnya, atau dilupakan sejarah, anak cucu, tidak ada pilihan lain.



Reportase: M. Ishaq mattoali.
Editor: Sitti Nur Jannah.
Lebih baru Lebih lama