Sangpencerah.web.id | SELAYAR, --Sepekan sudah berlalunya Dandim Cup II , pembubaran panitia resmi dilakukan (26/11/2025). Diiringi dengan makan bersama segenap insan pers, pengurus PSSI dan segenap perwira kodim 1415
"Terimakasih kepada segenap panitia, pengurus PSSI, dan insan pers, serta masyarakat. Dengan partisipasi maksimal dan kerja samanya, sehingga Dandim Cup II ini sukses dihelat. Dan tentunya tak lepas dari pertolongan Allah SWT. " Demikianlah pernyataan Letkol. Czi Yudo Harianto, S.T., dalam sambutan Pembubaran panitia.
Dandim Cup akhirnya hidup lagi setelah tidur panjang selama 24 tahun. Letkol. Czi Yudo Harianto S.T., Komandan Kodim 1415 Kepulauan Selayar, Beliau menyampaikan bahwa ia memiliki alasan sederhana mengapa turnamen ini harus kembali dihelat . "Sepak bola itu olahraga yang bisa dinikmati semua orang. Murah, sederhana, dan membawa banyak orang datang bersama," kata Yudo.
Yudo percaya bahwa sepak bola bukan sekadar olahraga, tapi ruang kebersamaan. Saat mulai memimpin Kodim, ia melihat masyarakat Selayar sebenarnya butuh momen kumpul yang besar dan meriah. Tidak semua hiburan mampu menjangkau seluruh warga, tapi sepak bola selalu bisa. Dalam meriahnya Dandim Cup ini juga menjadi Peluang untuk UMKM (usaha mikro kecil menengah) dan sebagai betuk ibadah sosial dan ekonomi dengan mempererat kebersamaan antar masyarakat.
Yudo lahir di Ambon pada 1979, dari ibu yang berasal dari Amahusu dan ayah yang seorang prajurit TNI. Masa kecilnya penuh perpindahan, membuatnya tumbuh dalam berbagai lingkungan. Ambon, Ternate, Magetan hingga Surabaya.
Sekolahnya pun berpindah mengikuti perjalanan itu. TK di Ternate, SD di Tawang Nganom 3 Magetan, Surabaya lalu dari SD sampai lulus kuliah termasuk daftar Tentara di kota Pahlawan, Surabaya. Jurusan itu pula yang kemudian mengantarkannya masuk TNI melalui jalur prajurit karier dan ditempatkan di Korps Zeni. “Saya masuk TNI bukan dari Akmil, tapi dari jalur karier,” ujarnya.
Dunia militernya penuh perjalanan. Dari Letnan dua hingga Kapten, ia berdinas di Yonzipur 9 Divisi Infanteri 1 kostrad. Ia pernah menjalankan tugas di Kalimantan dan Sumatera, sampai akhirnya ikut misi PBB di Kongo untuk rekonstruksi pascakonflik. Setelah itu ia juga bertugas di Pusat Zeni Angkatan Darat, Dinas Pengadaan Mabesad, dan memimpin Detasemen Zeni Bangunan di Tanjung Pinang dan Batam. Hampir semua kenaikan pangkatnya terjadi saat berada di lapangan. “Saya naik pangkat hampir semuanya di lapangan, bukan di kantor,” katanya sambil tersenyum.
Dengan pengalaman seberagam itu, cara pandangnya ketika tiba di Selayar menjadi jelas. Ia ingin menghadirkan sesuatu yang benar benar merangkul masyarakat. Dandim Cup pun kembali digelar. Tak tanggung tanggung, 32 tim ikut meramaikan. Setiap sore lapangan selalu penuh, suporter datang dengan antusias, dan pertandingan jadi bahan obrolan banyak warga.
Walau namanya tidak muncul di struktur panitia, jejak tangan Letkol Yudo terasa di mana mana. Mulai dari sportivitas, ritme pertandingan, hingga sentuhan budaya yang muncul di pembukaan dan penutupan. Semua ditata agar turnamen ini berjalan aman, tertib, dan tetap seru. .
Turnamen Dandim Cup tidak hanya meninggalkan trofi dan catatan skor, tetapi juga memori kebersamaan yang hangat. Selayar kembali merasakan euforia yang lama hilang, berkat sosok komandan yang percaya bahwa kadang, pengabdian bisa diwujudkan lewat sesuatu yang sederhana, yaitu sepak bola.
"Yang penting masyarakat terhibur. Itu tujuan awal saya," kata Yudo. Kini setelah turnamen berakhir, masyarakat masih membicarakan kemeriahannya. Lebih dari sekadar pertandingan, Dandim Cup menjadi cerita tentang bagaimana seorang komandan memimpin tidak hanya dengan aturan, tetapi juga dengan empati dan keinginan sederhana untuk membahagiakan rakyat melalui sepak bola.
Reportase: M. Ishaq Mattoali.